BLOGGER TEMPLATES AND MyYearBook Layouts »

Kamis, 02 Juni 2011

AKAL


“Pemuda punya akal, hidup di dalamya, menjadi petunjuk”
(Sya’ir Al-Thabari)
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata) : Ya tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha suci Engkau, maka peliharalah kami9 dari siksa neraka. (qs. Ali Imron : 190-191)

            Perlu kita ketahui bahwa akal adalah syarat agar seseorang bisa memahami sesuatu, sehingga membuat amalan menjadi baik dan sempurna. Seseorang yang tidak memiliki akal adalah keadaan yang serba penuh kekurangan. Setiap perkataan yang menyelisihi akal adalah perkataan yang batil.

            Bahkan akal adalah syarat untuk mengilmui sesuatu dan untuk beramal dengan baik dan sempurna. Akal pun akan menyempurnakan ilmu dan amal. Akan tetapi, akal tidak bisa berdiri sendiri. Akal berfungsi jika dia memiliki instink dan kekuatan sebagaimana penglihatan mata bisa berfungsi jika ada cahaya.

            Akal juga digunakan sebagai petunjuk ummat manusia untuk membedakan mana yang benar dan salah. Sebab akal adalah bagian yang penting dalam diri manusia yang bisa membedakan antara dia dengan makhluk Allah lainnya. Kemampuan akal bisa menghantarkan manusia kepada Allah. Begitu pula sebaliknya, akal juga bisa menjatuhkan kualitas iman seseorang dihadapan Allah SWT.

            Jika manusia tanpa petunjuk apa yang akan terjadi? Atau, bisakah manusia dibiarkan begitu saja dengan akalnya sendiri?
            Yang terjadi adalah kerancuan akal atau “akal bebas”. Apabila yang dimaksud “akal yang membebaskan”, maka kerancuan ini semakin menjadi-jadi, karena akal-lah yang membuat manusia menjadi makhluk yang tidak bebas.
            Contoh hal yang sering kita jumpai,  seekor sapi bisa buang hajat dimana saja, termasuk di kandangnya sendiri, karena akalnya tidak mencegahnya dari perbuatan yang demikian. Perbedaannya dengan manusia yaitu karena akalnya manusia, membuat sebuah ruangan khusus untuk buang hajat, melakukan istinja’ untuk membersihkan dirinya, menggunakan sabun untuk menghilangkan kotoran, menyiram jamban hingga bersih, bahkan kemudian membersihkan ruangan tempat buang hajat tersebut secara berkala.
            Apabila “akal bebas” diartikan bebas dari segala aturan, maka ia pun masih sangat rancu. Bagaimana pun manusia dalam kehidupannya dan segala sesuatu di alam semesta ini, terikat oleh sebuah aturan yang dibuat oleh Allah sang Pencipta.
            Ada yang benar-benar yakin bahwa akal adalah satu-satunya hal yang dibutuhkan oleh manusia untuk mendapatkan kebahagiaan dalam hidupnya. Tetapi, mereka lupa bahwa selain akal, manusia juga bisa dikuasai oleh hawa nafsunya.
            Jika kita teliti, maka kita akan menyadari bahwa penyebutan “akal sehat” bersambungan pada “akal yang tidak sehat”. Benar sekali, memang tidak semua manusia bisa menggunakan akalnya dengan baik. Karena itu, ada hal lain lagi yang dibutuhkan oleh manusia selain akal, yaitu : petunjuk.
            Hal itu pula yang terjadi pada bangsa yang pernah besar di Amerika Selatan yang mengorbankan manusia sebagai bentuk pemujaan terhadap dewanya. Masalah yang sama juga terjadi pada orang-orang di negara maju yang jarang mandi dan hanya membersihkan diri dengan selembar tisu setelah buang air besar, dan masih banyak kejadian yang lain yang menurut saya sangatlah miris (tidak wajar).
Masalah mereka semuanya sama : sama-sama tidak mendapat petunjuk!
            Mereka semua adalah manusia. Sama-sama memiliki hawa nafsu, sama-sama memiliki akal, dan sebenarnya juga cukup cerdas, dan jelas jauh lebih cerdas daripada binatang. Jelas,  bahwa segala keunggulan manusia tidak berarti apa-apa jika ia tidak mendapatkan petunjuk. Kalau bukan karena petunjuk dari Allah SWT, barangkali kita pun akan seperti mereka, atau bahkan lebih buruk dari itu. Na’uudzubillahi min dzaalik.

0 komentar: